Tuesday, November 2, 2010

PLAET TERBARU TELAH DITEMUKAN "serupa dengan bumi"


Para astronom menemukan Gliese 581g, sebuah planet seukuran Bumi yang bergerak mengorbiti sebuah bintang dan berpotensi didiami manusia.

Planet itu merupakan planet yang paling mirip Bumi yang pernah ditemukan dalam sistem tata surya lain dan yang paling berkemungkinan untuk didiami.


Foto Planet Mirip Bumi "Penemuan kami memberikan bukti kuat tentang planet yang bisa didiami," tulis Professor Steven Vogt, seorang astronom dari University of California, Santa Cruz, Amerika Serikat.

"Bahwasannya kami bisa mendeteksi planet itu dengan cepat dan letaknya sangat dekat, membuktikan bahwa planet seperti itu pasti sangat banyak,"Vogt melanjutkan.

Lebih dari 400 eksoplanet telah ditemukan oleh para astronom tetapi sebagian besar dari mereka adalah planet gas raksasa seperti Jupiter, dan tidak cocok untuk didiami.


Planet itu sendiri ditemukan setelah 11 tahun pengamatan di Observatorium W. M. Keck di Hawaii.

Dalam jurnal itu, Professor Vogt dan Paul Butler dari Carnegie Institution di Washington, sebenarnya melaporkan tentang keberadaan dua planet yang mengorbiti sebuah bintang merah Gliese 581.

Yang menarik dari dua planet itu adalah Gliese 581g yang massanya tiga sampai empat kali masa Bumi dan memiliki waktu orbit 37 hari.

Massa Gliese 581g mengindikasikan bahwa planet itu kemungkinan terdiri dari bebatuan dengan permukaan yang kokoh dan memiliki daya grafitasi yang cukup untuk menahan atmosfer.

Gliese 851g berjarak 20 tahun cahaya dari Bumi di rasi bintang Libra.

Planet itu, karena terikat pada Gliese 581, memiliki bagian yang menghadap ke arah bintang itu dan menghasilkan siang sementara daerah sebaliknya gelap.

Para ilmuwan memperkirakan suhu rata-rata permukaan planet itu berkisar antara -31 sampai 12 derajat Celcius atau -24 sampai 10 derajat Fahrenhit.

Menurut Vogt, daya gravitasi planet itu sama atau sedikit lebih kuat daripada di Bumi, mudah berjalan atau bergerak di planet itu.


Bagaimana Planet Mirip Bumi Bisa Ditemukan?
Posisi planet itu berjarak 120 triliun mil atau sekitar 193,1 triliun kilometer dari Bumi. Pertanyaannya, bagaimana mereka bisa mengetahui planet itu?

Peneliti dari Universitas California di Santa Cruz, Steven Vogt, dan R Paul Butler, astronom dari Carnegie Institution di Washington mengungkapkan bahwa mereka sama-sama menggunakan teleskop canggih di darat. Namun, mereka tidak langsung menemukan planet harapan itu.

Para ilmuwan rupanya mengamati pergerakan suatu bintang -yang mereka sebut Gliese 581- selama lebih dari sebelas tahun. Bintang itulah yang menjadi orbit dari suatu planet mirip Bumi, yang belakangan mereka temukan.

Planet itu merupakan yang keenam yang ditemukan tim ilmuwan yang mengitari Gliese 581. Menurut Vogt, dua planet lain tampak menjanjikan untuk dihuni. Sedangkan yang lainnya terlalu panas.

Sebaliknya, planet kelima yang mereka temukan malah terlalu dingin. Justru planet keenam yang mereka anggap cocok, sehingga disebut goldilocks. Artinya kondisi planet itu tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas karena posisinya tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh dari bintang.

Tadinya, planet itu akan dinamai Gliese 581g, mengingat bintang yang menjadi pusat rotasi disebut Gliese 581a. Namun, Vogt tidak setuju dengan penamaan itu. "Itu bukan nama yang sangat menarik, apalagi ini menyangkut planet yang indah," kata Vogt.

Dia lebih suka planet itu sesuai dengan nama istrinya. "Saya menyebut planet itu Dunia Zarmina," kata Vogt.

Gliese 581 dianggap sebagai "bintang cebol," hanya sepertiga dari matahari. Oleh karena itu, menurut Butler, Gliese 581 tidak akan bisa langsung terlihat dari teleskop biasa dari Bumi meski berada di konstelasi Libra.

Penemuan para astronom itu dipublikasikan di media Astrophysical Journal dan juga diumumkan oleh National Science Foundation.







 Penemuan "dunia tirta" baru (planet serupa Bumi yang berlimpah air) yang mengorbiti satu bintang dalam jarak 40 tahun cahaya menjadi planet pertama yang diketahui mirip Bumi dan membuat manusia menjadi cukup dekat untuk bisa mengendus atmosfernya, kata para astronom seperti dikutip jurnal Nature.

Dinamai GJ 1214b, ukuran planet ini hanya sekitar 2,7 kali ukuran Planet Bumi dengan massa kira-kira 6,5 kali lebih berat dari Bumi.

Berdasarkan berat jenisnya, para ilmuwan mengira GJ 1214b mengandung 3/4 air likuid dengan inti padat dari besi dan nikel serta atmosfer hidrogen dan helium yang merupakan mirip dengan Bumi.

Namun dalam banyak cara lainnya, planet ini adalah "binatang kejam yang sangat berbeda" dari Bumi yang kita tinggali, kata para ilmuwan.

"Pada dasarnya ini adalah satu samudera luas," kata kepala peneliti David Charbonneau dari Pusat Astrofisika Smithsonian, Universitas Harvard, Cambridge, Massachusetts.

"(Di planet ini) tidak ada satu pun benua yang mengambang di atas atau menyeruak dari air."

Lebih dari itu, GJ 1214b lebih panas dibandingkan Bumi dan atmosfernya sepuluh kali lebih tebal dibandingkan planet kita, kata para peneliti.

Hal ini mungkin membuat apapun sulit untuk hidup seperti selama ini kita ketahui. Untuk para pemula, tekanan atmosfer terhadap permukaan planet itu besar sekali dan cahaya yang sangat sedikit sulit menembus kabut demi mencapai samudera planet tersebut.

Planet baru menyerupai Bumi ini tetaplah sangat asing.

Planet Super-Earth baru itu ditemukan dengan menggunakan proyek MEarth, satu unit perangkat teleskop kecil berbasis di Bumi yang digunakan untuk mendeteksi perubahan dari menit ke menit dari kekuatan cahaya bintang-bintang merah nan redup yang disebut dengan M dwarfs (bintang cebol).

Kelipan periodik cahaya bintang bisa disebabkan oleh planet-planet yang secara terpisah transit atau mengitari bintang-bintangnya. Karena bintang cebol M dwarfs lebih buram ketimbang bintang-bintang seperti Matahari, maka menjadi lebih mudah menjejak pengurangan kekuatan cahaya yang disebabkan oleh planet-planet seukuran Bumi yang lebih kecil massanya.

Kendati GJ 1214b tidak langsung terlihat, perubahan pasti dalam cahaya bintang karena jejak perjalanannya, memungkinkan para astronom bisa menakar ukuran dan massa planet tersebut, yang nantinya menawarkan petunjuk-petunjuk terhadap komposisi planet itu.

Dan karena dunia tirta begitu dekat ke Bumi, demikian Charbonneau, teleskop optik yang berbasis di antariksa seperti Hubble atau Kepler bisa seharian digunakan untuk mengendus kandungan kimia pasti dari atmosfer planet serupa Bumi itu.

"Sejumlah cahaya dari bintang cebol itu menembus atmosfer planet serupa Bumi tersebut (seperti cahaya Matahari menembus Bumi), dan menempel pada fitur-fitur atom dan molekul apa saja yang ada," kata Charbonneau.

Secara keseluruhan, penemuan ini adalah "pencapaian yang menjadi tonggak" yang bisa menutup kesenjangan ilmiah dalam planetologi, kata Greg Laughin, ilmuwan astrofisika pada Universitas California, Santa Cruz, yang tidak terlibat dalam penelitian itu.

0 komentar:

Post a Comment

sunda harga matiku

sunda harga matiku

Pengikut